Emosi tidak stabil, naik turun dan cepat naik pitam hanya karena hal-hal sepele banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dimana saja. Kurang tidur bisa membuat seseorang menjadi pemarah.
Bahkan sampai karena telalu sering kita sendiri sudah menolelir hal tersebut. Mungkin cepat emosi dan marah-marah adalah sifat dan watak orang tersebut. Ada juga yang mengatakan karena gula darah dan faktor genetika.
Akan tetapi sifat meledak-ledak tadi ada hubungannya dengan kurang liburan, kurang makan serta tidur yang cukup. Tapi banyak yang lebih menhubungkannya kearah negatif.
Ketika hasil studi kaitan anda antara cepat emosi dan tidur dipublikasikan banyak yang terkejut. Tapi hal ini bisa dibuktikan secara ilmiah.
Dari hasil penelitian yang tercantum di situs poker online ada menyebutkan hubungan langsung antara berkurangnya jam tidur dengan meningkatnya kemarahan seseorang.
Dari hasil penelitian sebelumnya sendiri sudah pernah mengungkap langsung emosi negatif seperti kecemasan, kesedihan secara berlebihan dapat menurunkan emosi positf seperti antusiasme dan kebahagian.
Bila tubuh diselimuti energi negatif maka akan lambat laun akan mempengarunhi emosi individu tersebut secara keseluruhan.
Sedangkan dari hasil studi yang dilakukan oleh Iowa State University bahwa kurang tidur dapat meningkatkan kemarahan dan secara langsung menyebabkan orang suka marah dan timbulnya dominasi energi emosi negatif.
Dari hasil ujicoba langsung kepada relawan penelitian yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama memiliki rutinitas tidur normal sedangkan lainnya dipotong mulai 2 hingga 4 jam setiap malamnya.
Kelompok pertama tadi lalu mendapatkan waktu tidur hampir sepanjang 7 jam malam dan digrup lain dibatasi hanya 4 jam semalam.
Perbedaan ini dibuat sedemikian rupa agar dapat diteliti dampak dan kapan efek negatif ini mulai berjalan.
Setelah beberapa pekan kedua grup kemudian diminta untuk memberi nilai bagi sejumlah produk sambil didengarkan suara kebisingan. Peneliti mengatakan hal ini sengaja dilakukan untuk memicu kondisi tak nyaman hingga kemarahan.
Kepala penelitian, Professor Zlatan Krizan menyatakan temuannya dari peneltian tersebut adalah tak berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Kurang tidak dapat mempengarunhi sifat seseorang hingga menjadi pemarah dan memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan mereka.
"Secara umum, kemarahan cenderung lebih tinggi pada mereka dengan batasan jam tidur," jelas Krizan.
"Kami memanipulasi agar timbul suara berisik selama penelitian, dan seperti diduga, orang-orang cenderung lebih marah ketika bunyinya semakin tak enak. Ketika jam tidur dibatasi, orang-orang juga dilaporkan semakin marah terlepas dari kebisingan yang dialami," tandasnya.
Cek Juga : Sering lelah disiang hari ? waspada gejala diabetes
Posting Komentar